For world peace, liberate Al-Aqsa, eliminate Israel and anyone who is with Israel, they are the real terrorists
Bacakan

(Makrifatullah) Mempelajari sifat pemalunya Allah SWT - Al Hayiyyu

Hello sobat IcloudZer bagaimana dengan kondisi kamu hari ini apakah senantiasa sehat wal Afiat, jika kamu didalam kondisi yang sehat hendaklah kamu senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas kesehatan kamu tersebut, jika kamu didalam kondisi sakit bersabar aja, yakinlah bahwa kesudahan yang baik adalah bagi orang orang yang sabar

Baiklah pada pembahasan kita kali ini admin akan memberikan informasi seputar dunia keislaman, dalam membahas sifat pemalu Allah SWT yakni Al Hayiyyu

Info: Admin akan terus membuat postingan yang bermanfaat, dan terserah bagaimana kamu menilainya oke

Al Hayiyyu

Seperti yang kita ketahui makna Al Hayiyyu berarti maha Pemalu, yang berasal dari nama nama Allah yang terpuji, bagaimana kah kamu memikirkan sifat Allah SWT yakni Al Hayiyyu tersebut?

Syaikh Muhammad Khalil Harras ketika menjelaskan makna bait syair ini, beliau berkata:

“(Sifat) malu Allah Ta’ala adalah sifat yang sesuai dengan (kebesaran dan keagungan)-Nya, tidak sama dengan (sifat) malu (pada) makhluk-Nya yang berarti perubahan (sikap) dan (sifat) berkecil hati yang terjadi pada seseorang ketika dia mengkhawatirkan sesuatu aib atau celaan (pada dirinya). Adapun arti sifat malu (pada Allah Ta’ala) adalah meninggalkan sifat/perbuatan yang tidak selaras dengan kemahaluasan rahmat-Nya serta kemahasempurnaan kebaikan dan kemuliaan-Nya"

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan lebih terperinci makna sifat yang mulia ini dalam ucapan beliau:

“Sifat (malu Allah Ta’ala) ini adalah dari rahmat-Nya, kemuliaan-Nya, dan kesempurnaan serta (sifat) penyantun-Nya. Seorang hamba yang berbuat maksiat (kepada-Nya) secara terang-terangan padahal hamba tersebut sangat membutuhkan (rahmat)-Nya, bahkan dia tidak mungkin bisa berbuat maksiat kecuali dengan nikmat-nikmat (yang dilimpahkan) Allah (kepadanya) sehingga dia mempunyai kekuatan untuk (melakukan) perbuatan maksiat tersebut.

Allah Ta’ala yang maha sempurna kekayaan/ketidak butuhan-Nya terhadap semua makhluk-Nya, karena kemuliaan/kemurahan-Nya Dia merasa malu untuk membuka aib dan mempermalukan hamba tersebut, serta menimpakan sikasaan kepadanya (di dunia). Bahkan Dia menutupi (aib) hamba-Nya itu dengan berbagai sebab tertutupnya aib yang dimudahkan-Nya baginya, serta memaafkan dan mengampuni (kesalahan) hamba tersebut.

Maka Allah senantiasa berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya dengan (melimpahkan) berbagai nikmat (kepada mereka), sementara mereka (justru) berbuat buruk dengan bermaksiat kepada-Nya.

Pengamalan Al Hayiyyu

Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya sendiri, serta mencintai tampaknya pengaruh positif nama-nama dan sifat-sifat tersebut pada makhluk-Nya, karena itu termasuk konsekwensi kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Maka Dia maha pemalu dan mencintai orang-orang yang pemalu, maha pemurah dan mencintai orang-orang yang pemurah, maha baik dan mencintai orang-orang yang berbuat baik, maha pemaaf dan mencintai orang-orang yang suka memaafkan, maha penyantun dan menyukai orang-orang yang penyantun.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mengamalkan kandungan dan konsekwensi dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya, maka Dia memerintahkan kepada mereka untuk memilki sifat malu, suka berbuat baik, penyayang, pemurah dan pemaaf, sehingga hamba yang paling dicintai-Nya adalah yang memiliki sifat-sifat yang diridhai-Nya, sedangkan hamba yang paling dibenci-Nya adalah yang memiliki sifat-sifat yang tidak diridhai-Nya.

Dalam hal ini dikecualikan beberapa sifat tertentu yang tidak pantas dimiliki oleh makhluk, seperti sifat merasa besar dan mengagungkan diri, karena sifat-sifat ini tidak sesuai dengan keadaan seorang hamba yang seharusnya selalu merendahkan dan menghambakan diri dihadapan-Nya, sehingga memiliki sifat-sifat tersebut di atas berarti menganiaya diri sendiri

Sifat Pemalu Allah (Hadist)

Disini admin akan memberikan sedikit referensi mengenai beberapa hadist dari sifat pemalu Allah SWT yakni Al Hayiyyu, berikut diantaranya

Dari Ya’la bin Umayyah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang mandi di tanah lapang terbuka tanpa kain penutup, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar, memuji Allâh dan menyanjung-Nya, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ
Sesungguhnya Allâh ‘Azza wa Jalla Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat). Maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia menutup (auratnya)

Dari Salmân al-Fârisi Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
Sesungguhnya Rabb-mu (Allâh) Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangan kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa

Makna secara singkat: Allah merasa malu menolak doa seorang hamba, ketika hamba tersebut benar benar berdoa secara ikhlas sambil mengangkat kedua tangannya

Musthafa Murad dalam Minhajul Mukmin menuliskan, sifat malu merupakan salah satu dari tujuh puluh cabang iman. Hal ini disebabkan kerena keduanya (iman dan malu) sama-sama menyeru dan mendorong seseorang kepada kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan (HR. Bukhari dan Muslim)

Tambahan: Sebuah hadist yang diriwayat Ibnu Majjah juga disebutkan: Malu termasuk bagian dari iman dan iman balasannya di surga

Hilang Rasa Malu

Sebuah riwayat dari Salman Alfarisi menuliskan

”Sungguh jika Allah berkehendak untuk membinasakan seseorang maka akan Allah hilangkan rasa malu dari diri orang tersebut.

Jika rasa malu sudah tercabut dari dirinya maka tidaklah kau jumpai orang tersebut melainkan orang yang sangat Allah murkai.

Setelah itu akan hilang sifat amanah dari diri orang tersebut. Jika dia sudah tidak lagi memiliki amanah maka dia akan menjadi orang yang suka berkhianat dan dikhianati.

Setelah itu sifat kasih sayang akan dicabut darinya, jika rasa kasih sayang telah dicabut maka dia akan menjadi orang yang terkutuk, sesudah itu, ikatan Islam akan dicabut darinya.”

Ibnu Abbas mengatakan; “Rasa malu dan iman itu satu ikatan. Jika dicabut salah satunya maka akan diikuti oleh yang lain.” (Diriwayatkan dalam Mu’jam Ausath).

About the Author

Keindahanmu akan kuabadikan disetiap karyaku.

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.